Minggu, 01 Januari 2012

ilmu dakwah


FORMULASI DAKWAH DALAM MASYARAKAT MODERN
Oleh, Bukhari Muslim
Konsentrasi Ilmu Dakwah UIN SGD Bandung
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Globalisasi dan modernisasi merupakan suatu keniscayaan yang sudah menjadi realitas dunia kekinian. Globalisasi yang ditandai dengan terasa semakin sempitnya dunia, dan terasa semakin cepatnya waktu, hal ini mengandung muatan-muatan yang begitu signifikan, seperti metabolisme kekuasaan dunia, ketergantungan ekonomi, transformasi nilai-nilai, modifikasi idiologi menjadi semacam idiologi baru atau mungkin melangka ke –sebutlah transidiologi (Emha A. Nadjib, 1998: 329).
Globalisasi dan modernisasi menjadi bagian dari fenomena dunia yang semakin lebih dinamis dan berubah. Dampak dari arus tersebut tidaklah bisa dihindari dan dimusuhi, karena semua itu sesuai dengan perkembangan zaman dan hasil pola pikir manusia yang selalu menuntut untuk maju, berubah kearah yang lebih baik terhadap hidupnya. Modernisasi yang begitu besar pengaruhnya terhadap perkembangan hidup dan kehidupan manusia seperti mudahnya kita dalam melakukan segala aktivitas dan semakin cepatnya proses yang dihasilkan oleh alat atau media yang disebut buah karya budaya. Semua itu merupakan konsekuensi dari arus modernisasi sebagai manifestasi budaya manusia.
Selain dampak positif yang dihasilkan oleh arus globalisasi dan modernisasi seperti tergambar sekilas di atas, suatu keniscayaan pula ekses negatif (destruktif) dari pengaruh tersebut. Orang dengan semakin mudah untuk mengkonsumsi dan mengadopsi segala bentuk makanan, minuman, nilai-nilai budaya yang notabene adalah produk-produk dari orang-orang yang hendak menghancurkan moral-moral kepribadian yang sudah mapan (Islami). Generasi muda kita dilatih untuk menjadi pribadi-pribadi yang liberal, sadisme, pemalas, dan lain sebagainya. Itu semua dipengaruhi oleh tayangan-tayangan, obat-obatan, dan minuman keras yang merusak mental, yang ditimbulkan oleh mereka yang memiliki kepentingan terhadap kita sebagai umat atau komunitas.
Bangsa kita yang tadinya memiliki kekayaan budaya, kepribadian yang khas kini sudah mulai terisolasi karena pengaruh-pengaruh budaya luar. Dulu bangsa Indonesia terkenal dengan keramahannya, kasih sayangnya, kebersamaannya, sekarang semua itu hanya tinggal kenangan dan sebagai catatan sejarah bangsa. Justru sekarang malah sebaliknya, orang sekarang sudah mulai gontok-gontokan, kejahatan semakin merajalela, budaya sadisme mulai bermunculan dan anarkisme tanpa batas sudah tidak terelakkan. Itulah yang menjadi keprihatinan kita saat ini.
Dalam merekayasa sosial, perlu adanya bentuk-bentuk baru yang lebih relevan terhadap keadaan seperti ini. Rekayasa sosial sebagai bagian dari bentuk dakwah Islam, perlu adanya rekonstruksi metodologis formulasi dakwah ke arah yang lebih relevan dan progresif. Sesuai dengan perkembangan zaman, dakwah keagamaan dalam perkembangannya pun telah mengalami perubahan bentuk, cara, dan penekanan. Dahulu penekanan pemaparan ajaran agama dititikberatkan pada usaha mengaitkan ajaran-ajarannya dengan alam metafisika, sehingga surga, neraka, nilai pahala dan beratnya siksaan mewarnai setiap ajakan keagamaan (M. Quraish Shihab, 2000: 70).
Maka melalui ini, kita akan mencari dan memberikan alternatif formulasi dakwah yang lebih relevan dan tidak hanya terus mempertahankan metode dakwah konvensional.

FORMULASI DAKWAH DALAM MASYARAKAT MODERN
Dakwah keagamaan di masa depan bukanlah kiat untuk membuat Tuhan tidak marah, tetapi bagaimana membuat manusia semakin santun pada sesama. Di tengah masyarakat madani, reformasi sosial-politik dan budaya serta pertarungan politik dengan beragam idiologi dan simbol, peran agama akan tergantung pada kemampuannya menyelesaikan berbagai persoalan kemanusiaan. Masyarakat baru yang madani atau yang lainnya adalah masyarakat yang mandiri dan bebas di hadapan Negara, lembaga, dan hukum, termasuk hukum keagamaan (Abdul Munir Mulkan, 1999: 1).
Dakwah yang mesti kita lakukan dalam masa kekinian adalah dakwah yang bisa menjamin kepada kemakmuran masyarakat, kesadaran berkeadilan, dan lebih meningkatkan kepada kesejahteraan yang berperadaban. Bukan lagi dakwah yang hanya menyampaikan pesan-pesan menakutkan, sehingga orang akan lari dan menjauh dari dakwah yang dilakukannya.
Dakwah merupakan kekuatan moral yang mampu menggerakkan perubahan sosial serta menawarkan satu alternatif dalam membangun dinamika masa depan umat, dengan menempuh cara dan strategi yang lentur, kreatif, dan bijak (Asep Saepul Muhtadi, 2000: 33).
Upaya menyampaikan pesan ajaran agama, dakwah harus bisa memotivasi umat dalam menyongsong jalannya pembangunan ke arah yang lebih relevan dan maju. Hal senada diungkapkan oleh M. Quraish Shihab (2000: 71) ajaran agama diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam pembangunan, sambil membentengi penganut-penganutnya dari segala macam dampak negatif yang mungkin terjadi akibat pembangunan.
Proses
Dalam masyarakat baru atau sebelumnya, problem agama seharusnya bukan problem pemanjaan Tuhan yang terlalu sibuk mengurusi Tuhan, surga atau neraka. Problem agama adalah pembebasan manusia dan dunia dari kemiskinan, konflik etnis keagamaan, penindasan atas nama Negara, idiologi politik, bahkan atas nama agama dan iptek. Labih lanjut A. Munr Mulkan (1999) menyatakan agama haruslah diartikan sebagai wacana kebudayaan karena bagaimana pun wahyu Tuhan akan berubah menjadi masalah kebudayaan begitu disentuh oleh manusia. Praktek keagamaan dan dakwah yang berlebihan dalam mengurus Tuhan akan membuat agama dan dakwah cenderung tidak manusiawi dan tidak peduli terhadap persoalan manusia. Ketidakmanusiaan dan kepedulian agama pada masalah kemanusiaan menjadi semakin besar ketika agama dimanupulasi sebagai doktrin organisasi politik dan kenegaraan atau kebangsaan.
Agama adalah urusan kemanusiaan dan kebudayaan yang sama seklai bersifat profan dan bebas dari kesakralan. Tuhan sendiri menyampaikan wahyu melalui media budaya pada saat mana yang gaib menjadi mendunia.
Dalam keadaan demikian itulah strategi dakwah harus dikembangkan berdasarkan basis budaya lokal yang beragam. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas keagamaan bertumpu pada kondisi warga yang aktual melalui proses kulturil dan induktif. Dakwah bukanlah pemaksaan penuh kekerasan pisik atau mental melalui neraka dan kemarahan Tuhan agar mematuhi syari’at. Jika demikian, agama akan selalu bersifat barang asing dan eksternal yang tidak mencakup pada kehidupan manusia karena tidak menyentuh akar kebudayaan dan bertumpu pada kekuatan dari dalam diri warga masyarakat tersebut.
Menurut A. Saeful Muhtadi (2000: 33) dakwah dilakukan dalam suatu setting masyarakat yang beragam (pluralistik), baik dalam corak maupun keadaannya, serta dengan segala problematikanya.
Masyarakat sebagai sasaran dakwah, bukan masyarakat yang vakum, tetapi senantiasa berubah mengikuti dinamika zaman dengan segala tuntutan dan konsekuensinya.
Dakwah dilakukan bagi masyarakat masa kini, dan dalam upaya antisipatif terhadap kecenderungan masyarakat yang akan datang.
Masyarakat yang demikian itu popular disebut “Era Indonesia Modern” yang kini sedang melaju menuju era informasi, atau karena perkembangan teknologi komunikasi disebut juga dengan “Era Komunikasi Massa”.
Pesan-pesan Universal Dakwah
Pesan ajaran Islam yang merupakan nilai kemutlakan dalam merefleksikannya atau mentransformasikannya harus bisa menyentuh kepada inner aspect (aspek dalam) dalam setiap kehidupan masyarakat. Ajaran Islam yang begitu universal dan holistik harus bisa disampaikan secara konprehensif, jangan hanya mengkaji, mempelajari pada satu bidang saja sehingga orang hanya akan terkungkung pada satu persoalan yang begitu parsial dan puruhiyah, seperti hanya masalah fiqih, atau hanya tasawuf, pada ujung-ujungnya akan melahirkan umat yang apatis dan statis.
Dakwah merupakan rahmatan lil ‘aalamiin. Karena itu ia harus disampaikan, tanpa tawar menawar, oleh dan untuk seluruh umat manusia.
Disampaikan dalam kerangka dasar ‘amar ma’ruf nahyi munkar, penuh persuasive, demokratis, dan metodologis (A. Saeful Muhtadi, 2000: 33).
Masyarakat Indonesia Kini dan Mendatang
Masyarakat yang sedang membangun, yakni sedang melakukan perubahan-perubahan dalam semua sektor hidup dan kehidupan, baik menyangkut fisik materil maupun mental spiritual. Sebagai akibat –langsung maupun tidak langsung- dari proses tersebut, maka msyarakat Indonesia kini dan mendatang dapat diformulasikan ke dalam masyarakat yang memiliki ciri-ciri:
1.      Masyarakat fungsional, yakni masyarakat yang anggota-anggotanya hanya menjalankan fungsinya dalam semua aspek kehidupan. Hubungan antara manusia terjadi hanya karena motif-motif kepentingan (fungsional), yang biasanya terkonotasi fisik material.
2.      Masyarakat rasional, yakni masyarakat yang mendasarkan penghargaannya pada nilai-nilai rasional dan objektif. Tantangannya, agama dianggap sebagai sesuatu yang tidak ilmiah, irasional, dan lain-lain. Ciri lain dari masyarakat ini adalah terbuka, serba nilai, transendentalisasi agama, dan lain-lain.
3.      Masyarakat teknologis, yakni masyarakat yang menganut pertimbangan efisiensi, produktivitas. Ini biasanya menggambarkan ciri masyarakat materialistik. Tantangannya, posisi dan peran agama dipertanyakan.
Dengan begitu, secara kasar dapat dikatakan bahwa pembangunan pada akhirnya merupakan proses rekayasa budaya masyarakat. Dalam kerangka itu dakwah merupakan proses rekayasa sumber daya insani dan alami, dan bahkan potensi fitri.
Formulasi Dakwah Alternatif
Dalam keadaan masyarakat yang sedang dan akan mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat menuju “Era Indonesia Modern” dan atau “Era Komunikasi Massa”. Masa relevansi formulasi metodologis dakwah harus bisa diwujudkan. Dakwah alternatif bisa dilakukan dengan:
1.      Multi dialog: suatu alternatif pendekatan. Dakwah harus bisa disampaikan secara dialogis dalam berbagai sektor. Dalam bahasa Al-Qur’annya disebut Mujadalah, tetapi tetap dalam rangkaian hikmah dan mauidzah hasanah. Konsekuensinya, menuntut kemampuan multi disiplin dan profesionalisme.
2.      Alternatif media: sebagai upaya menyiasati kemungkinan-kemungkinan masyarakat seperti disebut di atas, ada beberapa alternatif media yang mungkin dapat digunakan antara lain:
  1. Media Lisan (dakwah bil lisan)
-      Melalui komunikasi interpersonal
-      Public speaking
-      Melalui media komunikasi massa (radio, TV, dan lain-lain)
  1. Media Tindakan / Uswah (dakwah bil hal)
-      Melalui lembaga-lembaga sosial, pendidikan, dan lain-lain
-      Akhlaq Karimah (Uswah Hasanah)
-      Melalui lembaga-lembaga politik
  1. Media Tulis atau media cetak (dakwah bil kitabah)
-      Melalui media cetak seperti Koran, majalah, dan lain-lain
-      Lembaran-lembaran dakwah
-      Buku-buku
-      Dan lain-lain.



KESIMPULAN
Interpretasi dakwah yang universal jangan kita asumsikan kepada term secara parsial yang mengakibatkan kepada pemahaman dakwah secara sempit dan tidak membangun umat kepada kebaikan dan kemakmuran. Dakwah di era modernisasi dan arus globalisasi, perlu adanya rekonstruksi metodologis dan pendekatan signifikan dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada masyarakat yang menjadi sasaran dakwah.
Selain memberikan pemahaman, mengajarkan kepada kebaikan-kebaikan terhadap Tuhan, dakwah juga harus bisa merubah kepada aspek budaya yang berbeda dengan ajaran yang hakiki dan bisa menjadikan orang semakin santun, adil, menghormati orang lain, dan memiliki rasa kasih sayang yang tinggi di antara sesama manusia.
Dakwah di dalam masyarakat modern, dipandang perlu adanya perubahan-perubahan dalam metode dan pendekatan yang berarti, sebab zaman yang semakin berubah merupakan bagian dari realitas dunia dan suatu keniscayaan (sunnatullah).
Alternatif dakwah pada masyarakat kontemporer bisa dilakukan melalui pendekatan: 1) multi dialog, 2) alternatif media: media lisan, media tindakan, dan media tulisan atau media cetak.


Referensi:
Editor Asep S. Muhtadi dan Sri Handayani, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi (Bandung, Pusdai Press: 2000)
Emha Ainun Nadjib, Surat Kepada Kanjeng Nabi (Bandung, Mizan: 1998) cet. Ke-III
M. Quraish Shihab, Lentera Hati (Bandung, Mizan: 2000) cet. Ke-20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar